Minggu, 27 Desember 2015
Kamis, 24 Desember 2015
WA!
WA!
WA!
VISI DAN MISI
Sebagai dokumen perencanaan
yang menjabarkan dari Dokumen RPJMDes, maka seluruh rencana program dan
kegiatan pembangunan yang akan dilakukan oleh Desa secara bertahap dan
berkesinambungan harus dapat menghantarkan tercapainya Visi – Misi Desa.
Visi – Misi
Desa Malausma disamping merupakan Visi-Misi Calon Kepala Desa Terpilih, juga
diintegrasikan dengan keinginan bersama masyarakat desa dimana proses
penyusunannya dilakukan secara partisipatif mulai dari tingkat Dusun/ RW sampai
tingkat Desa.
Adapun Visi Desa Malausma sebagai berikut :
““MALAUSMA EMAS ( EDUCATIF, MAJU,
AGAMIS DAN SEJAHTERA )”
Sedangkan Misi Desa Malausma adalah :
1. Mewujudkan
kesadaran masyarakat melalui cara peningkatan pentingnya kwalitas Pendidikan,
keterampilan.
2. Mewujudkan
serta memberdayakan ekonomi masyarakat baik melalui koperasi, simpan pinjam
kelompok, ataupun mendorong masyarakat untuk membuka lapangan kerja untuk
menampung tenaga kerja produktif.
3. Mewujudkan
serta mendorong masyarakat Malausma untuk mengembangkan sikap hidup beragama,
maju dan bermoral.
4. Memasyarakatkan
landasan untuk menyiapkan Malausma menjadi Desa Swa Sembada di Kabupaten
Majalengka Tahun 2015.
5. Mengajak
partisifasi aktif masyarakat dan seluruh komponen yang ada di Desa untuk
melaksanakan pembangunan menuju kepada Pemerintahan yang baik dan demokratis serta
semangat aparat Pemerintahan Desa untuk memberikan pelayanan yang baik dan
benar kepada masyarakat.
SEJARAH SINGKAT DESA MALAUSMA
SEJARAH SINGKAT DESA MALAUSMA
Seandainya kita ingin
melihat sejarah asli dari Desa Malausma amatlah panjang karena Desa Malausma
dimulai dari abad ke-VII, yang mana dulunya wilayah Malausma merupakan wilayah
perbatasan antara kerajaan Galuh dan kerajaan Talaga manggung , dan seiring
dengan perkembanganya Wilayah Malausma menjadi daerah kekuasaan Talaga
manggung.
Sedikit penggalan cerita
tentang awal mula berdirinya Desa Malausma, yang bersumber dari beberapa tokoh
masyarakat yang merupakan cerita turun temurun dari keturunan Buyut Mueuk dan
keturunan Buyut Kotek.
“ Diceritakan bahwa
disebuah perkampungan yang kini menjadi pusat pemerintahan Desa Malausma
tinggalah Sekelompok Masyarakat yang dipimpin oleh Buyut Mueuk. Pada suatu hari
Buyut Mueuk kedatangan seorang tamu yaitu Karta Braja. Kisah Karta Braja
sendiri diceritakan sebagai salah satu murid dari seorang Ulama besar diwilayah
Pamijahan Tasikmalaya yaitu Syekh Abdul Muhyi dan diangkat sebagai salah satu
Lurah Santri. Bagi para Ulama dan Santri pada masa itu tentu amatlah susah
mengembangkan ajaran islam karena hidup dibawah tekanan Pemerintah Kolonial
Belanda, sehingga Syeh Abdul Muhyi pada waktu itu mengajarkan si’ar islam
secara sembunyi dan menempati sebuah Gua yang kini dikenal Gua Pamijahan.
Setelah sekian lama mengajarkan ajaran islam didalam goa akhirnya tercium oleh
Kolonial Belanda dan akhirnya diseranglah goa tersebut sehingga bagi yang
selamat mereka berpencar terpisah menyelamatkan diri termasuk Karta Braja.
Karta Braja berhasil selamat dari kejaran Kolonial Belanda, setelah sekian lama
bersembunyi dan lari akhirnya sampailah diperkampungan Buyut Mueuk, kedatangan
Karta Braja sendiri diterima dengan baik
oleh Buyut Mueuk beserta keluarganya dan penduduknya, dan akhir Karta Braja
menetap dan mengajarkan ajaran islam diwilayah tersebut bahkan diceritaka
menikah dengan salah satu anak dari Buyut Mueuk hingga berbuah keturunan yang
kini menjadi penduduk asli Malausma “.
Sejarah Nama Malausma
sendiri sampai saat ini belum bisa diterangkan secara pasti karena terdapat dua
cerita yang berbeda dari dua keturunan. namun kedua cerita tersebut tidak jadi permasalahan.
Persi Satu :
Setelah sekian lama
Eyang Karta Braja tinggal dan menetap bersama Buyut Mueuk dan keturunannya,
datanglah Tentara Kolonial Belanda yang hendak mencarinya. Tentara Kolonial
Belanda tersebut bertanya apakah ada orang yang bernama Karta Braja? Pertanyaan
tersebut dijawab langsung oleh Karta Braja sendiri dengan bahasa Arab “
Malaisma “ karena gugup, namun
akhirnya dijelaskan yang berarti “
tidak ada nama tersebut “. Setelah kejadian
tersebut maka akhirnya Buyut Muek menetapkan perkampungan yang ditinggalinya
bernama Malaisma yang seiring perkembangan bahasa daerah ini menjadi Malausma.
Persi Dua :
Sejarah Nama Malausma
sendiri berasal ketika itu pemerintah kolonial belanda sedang melakukan
pemetaan tanah dan memasuki wilayah ini karena dianggap belum punya nama
pejabat belanda bertanya pada Buyut Mueuk wilayah apa ini ? dengan gugup Buyut
Mueuk menjawab karena dikira yang mencari Karta Braja yang bersembunyi di
Rumahnya sehingga menjawab “MALAISMA “ yaitu kata yang berasal dari bahasa Arab
yang berarti “ Tidak ada nama “ dan seiering perkembangan bahasa akhirnya
daerah ini berkembang mejadi nama “MALAUSMA” .
Masyarakat Malausma adalah
merupakan masyarakat dengan pola
kehidupan yang agraris yang dulunya mendiami sebuah tempat yang cukup subur
yaitu di wilayah dekat Dusun Banyusari Desa Banyusari sekarang yang merupakan
Desa pemekaran dari Desa Malausma sendiri , sejalan dengan perkembangan waktu
dan dengan beberapa pertimbangan masyarakat pada waktu itu sehingga
perkampungan berpindah tempat ke daerah yang sekarang menjadi wilayah Desa
Malausma dan Tokoh yang menjadi pemimpin/ panutan pada waktu itu yaitu Buyut Mueuk beserta keturunannya.
Sejarah Malausma sendiri
tidak terlepas dari keterkaitanya denga Kerajaan Besar di pulau jawa yaitu
Kerajaan Mataram yang mana pada waktu itu Mataram dipimpin oleh raja Sultan
Agung Tirtayasa ( tahun 1600 an) yang mempunyai
misi besar pada waktu itu untuk melawan penjajah Belanda dengan menyerukan
kepada kerajaan kerajaan lain di pulau jawa untuk bergabung dan membantu
perjuangannya untuk menyerang Batavia sebagai pusat pemerintahan kolonial pada
waktu itu. Namun pada kenyataannya penyerangan tersebut tidak berjalan mulus
yang pada akhirnya pasukan Mataram dapat dipukul mudur dan banyak pasukan yang
lari dan diantara pelarianya pasukan mataram melintasi wilayah Malausma dan
sekitarnya banyak pasukan Mataram yang tidak kembali lagi ke Mataram tapi menyebar
di banyak tempat dengan misi menyebarkan Agama Islam. Diantara petinggi Mataram
yang tinggal itu yaitu Karta Braja dan menetap di wilayah Malausma.
Dari sisi pemerintahan
karena Malausma masuk wilayah kerajaan Talaga Manggung maka waktu itu untuk menciptakan
keamanan di wilayah ini yang banyak didiami para jawara atau orang sakti
dikirimlah utusan kerajaan untuk menjadi Kuwu pertama di Malausma yaitu Buyut Kotek dan diteruskan oleh keturunannya sampai sekarang .
sehingga dari situ terbentuk tiga klan atau keturunan yang ada di Desa
Malausmaa yaitu keturunan malausma asli dari Buyut Mueuk, kedua yaitu keturunan
dari Buyut
Kotek yang ketiga keturunan pendatang
yang Alhamdulillah sampai sekarang hidup rukun dan menyatu menjadi masyarakat
Desa Malausma yang agamis dan agraris.
Wilayah Desa Malausma
dulu meliputi Malausma, Sindanglama, Walahir, Bungursari, Mekarsari, Banyusari,
Cilimus ,Gunung payung dan Babakan kerena wilayahnya begitu luas maka pada sekitar Tahun 1980-an diadakan Pemekaran
desa, dimana Banyusari, Cilimus, Gunungpayung dan Babakan digabung menjadi satu desa.
Letak geografis Desa
Malausma adalah wilayah dengan tentang pegunungan dengan sistem pertanian yang tadah hujan,
tapi Pertanian di Malausma lebih memokuskan Tanaman Padi saja, ada beberapa
yang ditanami Jagung dan Kedelai itu juga sebagai selingan.
Tiap tahun Pembangunan
terus menerus di usahakan baik Infra Struktur atau sarana dan Prasarana dan
kini lebih di fokuskan adalah mengaktifkan kembali kesadaran masyarakat akan
gotong-royong dan kebersamaan dalam membangun fisik maupun mental masyarakat.
Berikut ini adalah daftar kepemimpinan Desa Malausma dengan masa
pemerintahan sebagai berikut :
Tabel 0.1
Daftar Kuwu/Kades Malausma
Hingga Tahun 2018
NO
|
NAMA
|
MASA JABATAN
|
KETERANGAN
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
Eyang Kartabraja
|
<
|
|
2
|
Buyut Kotek
|
<
|
|
3
|
Buyut Sanimah
|
<
|
|
4
|
Buyut Rasipah
|
<
|
|
5
|
Eyang Raksagati
|
<
|
|
6
|
Mbah Bintang
|
< Tahun
1931
|
|
7
|
Adhari
|
Tahun
1932-1941
|
|
8
|
Yunus
|
Tahun 1942-1948
|
|
9
|
Hapid
|
Tahun
1949-1950
|
|
10
|
Atma/ H Musa
|
Tahun 1951-1952
|
Pejabat Sementara
|
11
|
E Sutawijaya/Salamet
|
Tahun
1953-1968
|
|
12
|
Ojo
|
Tahun
1969-1970
|
Pejabat Sementara
|
13
|
H Lukman Hakim
|
Tahun
1971-1979
|
|
14
|
Opan Sopandi
|
Tahun
1980-1987
|
|
15
|
Nana Suryana
|
Tahun
1988-1989
|
Pejabat Sementara
|
16
|
Edi Sokarno
|
Tahun
1990-2006
|
|
17
|
Sahidin
|
Tahun 2007
|
Pejabat Sementara
|
18
|
Ading Setiadin, S.Ag.
|
Tahun 2008-2018
|
|
Sumber Tokoh Masyarakat
Langganan:
Postingan (Atom)
Entri Populer
-
SEJARAH SINGKAT DESA MALAUSMA Seandainya kita ingin melihat sejarah asli dari Desa Malausma amatlah panjang karena Desa Malausma dimula...
-
S ebagai dokumen perencanaan yang menjabarkan dari Dokumen RPJMDes, maka seluruh rencana program dan kegiatan pembangunan yang akan dilakuk...
-
Tentang Kami
-
S tr uk t ur O rga n is a si P e m er in ta h Desa Malausma ...
-
Fasilitas umum dan perkantoran
-
Surat Keterangan Wali Nikah Syarat Pengajuan Surat Keterangan Wali Nikah Antara lain : 1. Fotocopy KK Wali Nikah 2. Fotocopy KTP Wal...